trend
Jumat, 23 Juli 2010
, Posted by PASMAJA at 19.36
dengan
LIGHTWEIGHT HIKING
Sebagian orang enggan menekuni
hobi naik gunung dengan alasan “repot”
harus menggondol banyak perlengkapan dipunggung.
Sampai akhirnya mencuat aliran lightweight hiking
yang “meringkas” bawaan para penyuka aktivitas luar ruang.
Kini, kata “repot” mestinya tak lagi jadi alasan.
Selamat tinggal ransel besar dan berat yang menyusahkan. Selamat datang tren lightweight hiking (LH) atau lightweight backpacking (LB) yang meringankan. Tapi jangan khawatir, meski serbaringan dan serbaringkas, LH dan LB tetap memperhitungkan faktor kenyamanan dan keamanan. jadi, memang layak dilirik.
Tren ini berkembang luas di banyak milis di internet, khususnya yang terkait dengan tema lightweight hiking. Salah satunya milis “Backpacking Light” yang anggotanya datang dari beragam bangsa. Disitu kita dapat saling bertanya dan bertukar informasi tentang perlengkapan LH dan LB terbaru.
Lebih cepat, sedikit lelah
Sejumlah praktisi LH seperti Ray Jardine atau Glen Van Peski, keduanya dari Amerika Serikat, bahkan kemudian terjun ke bisnis outdoor dengan memproduksi perlengkapan mendaki serbaringan.
Bisa disebut, Ray Jardine ikut mempopulerkan gaya penjelajahan ini di tahun 1996 lewat bukunya Pacific Crest Trail Hikers Handbook, berisi kisah Ray menyelesaikan penjelajahan di jalur Pacifik Crest yang beribu-ribu kilometer panjangnya dengan waktu tempuh lebih singkat, berbekal perlengkapan buatan sendiri nan ringkas.
Pioner laen, Don Ladigin, menyebutkan, pendaki yang membawa beban lebih ringan bisa berjalan lebih cepat dan lebih jauh tanpa terlalu lelah. Jika tersandung, kemungkinan jatuhnya lebih kecil, demikian pula resiko cedera. Jika gemar memotret, si pendaki jadinya bisa membawa lebih banyak perlengkapan fotografi karena beban ransel ringan.
Keuntungan lainnya, terpeliharanya jalur yang mereka tempuh dari kerusakan (mungkin juga gunung yang kita daki tidak jadi tambah “cebol” karena beban berat yang dibawa pendaki terlalu berat, hehe...).
“Manfaat nyata lainnya untuk masa depan si pendaki sendiri. Terus menerus membawa beban berat bisa menimbulkan cedera dan masalah serius di kemudian hari.” tulis Ladigin dalam Complete Handbook for Light & Ultralight Backpacking.
Pada prinsipnya, sistem LH tidak mengurangi perlengkapan yang harus dibawa. Barang-barang penting dalam pendakian tetap disertakan dalam ransel. Mulai dari tempat berteduh, perlengkapan tidur, makanan, minuman hingga baju hangat. Hanya saja dipilih jenis barang yang lebih ringan dan ringkas. Pendaki ala LH berusaha mendayagunakan fungsi tiap pelengkapan yang dibawanya.
Perbedaan utama model pendakian biasa dengan LH memang pada berat beban. Apakah seseorang termasuk pendaki konvensional atau LH bisa diketahui dari base weight atau beban dasarnya. Beban dasar adalah berat ransel ditambah perlengkapan lain yang tidak berubah beratnya selama perjalanan. Jadi, barang yang bakal habis dipakai seperti makana, air, bahan bakar dan sejenisnya tidak dimasukkan dalam base weight.
Kebanyakan pendaki di luar negeri menganggap base weight 10 - 20 pon (4,5 - 9,1 kg) masuk dalam kategori LH. Lebih ringan daripada itu (dibawah 4,5 kg) masuk kategori ultralight. Jadi jika berat isi ransel anda masih diatas 9,1 kg berarti anda masih masuk kategori tradisional.
Cara mencapai “lightweight”
Ada tiga perlengkapan yang sangat menentukan berat ransel, yakni ranselnya sendiri, tenda dan perlengkapan tidur. Apabila kita bisa mendapatkan tiap perlengkapan dengan berat masing-masing sekitar 1.3 kg, kategori LH dapat terpenuhi. Untuk ransel, pilih yang agak kecil dan sederhana. Tidak perlu menggunakan ransel dengan banyak kantong disamping kanan dan kiri, karena bisa “menggoda” anda untuk mengisinya dengan barang yang tidak diperlukan.
Tenda diperlukan sebagai tempat berteduh. Saat ini sudah ada tenda khusus bertipe LH. Biasanya dapat menampung satu atau dua orang, terbuat dari silnilon (nilon bercampur silikon yang ringan, tipis namun tahan air). Ada baiknya menambahkan lapisan flysheet di atasnya agar tenda impor tersebut bisa menahan curahan air hujan. Catatan, pendaki harus berhati-hati karena bahan ini mudah terbakar.
Agar lebih ringan, sebagian pendaki malah memilih hanya menggunakan flysheet sebagai bivak darurat. Jadi tidak perlu membawa banyak tiang dan pasak. Tinggal pilih lokasi berkemah yang cocok, lalu rentangkan flysheet, kemudian ujungnya diikat dengan tali ke batang pohon. hanya saja model berkemah seperti ini menuntut pengalaman memilih lokasi dan kemampuan tali-temali.
Sebagai alas tidur gunakan matras karet busa yang banyak dijual di toko perlengkapan mendaki. Untuk membuatnya lebih ringan, cukup gunakan 3/4 bagian matras, sisanya dipotong. Tambahan perlengkapan tidur adalah sleeping bag atau kantong tidur. Dulu modelnya besar dan berat. kini makin banyak sleeping bag kecil namun tetap hangat. Pilihah terutama yang memakai down atau bulu angsa sebagai pengisi lapisan dalam kantong tidur, karena lebih hangat dibanding dengan bahan sintetis. Atau gunakan sarung sebagai pengganti kantong tidur, jika cuaca tidak terlalu dingin. Jika lebih kreatif, sarung bahkan dapat disulap jadi hammock atau tempat tidur gantung darurat pengganti ransel dan sebagainya (sarung sebagai pengganti ransel..?? kayak pencuri konvensional..hehe..).
Bagaimana dengan pakaian? Untuk pendakian yang hanya memakan waktu dua hingga tiga hari, tidak perlu membawa terlalu banyak pakaian. Cukup satu t-shirt untuk di perjalanan, satu untuk dipakai ketika tidur dan satu lagi sebagai gantinya. Sama halnya dengan celana, gunakan satu celana panjang untuk di perjalanan dan satu celana ganti. Hindari celana jeans karena berat dan tidak mudah kering.
Penting juga membawa topi untuk melindungi diri dari panas dan hujan, raincoat, kaus kaki dan sarung tangan. Jika perlu, carilah jenis payung lipat mini yang ringan.
Tongkat ringankan kerja lutut
Gunakan sepatu untuk lari atau sepatu hiking potongan rendah yang menutupi sampai mata kaki. Sandal hanya digunakan saat kita sudah mendirikan tenda atau saat kita telah pulang. Lebih baik gunakan tipe “sandal gunung” yang dilengkapi pengikat di bagian depan dan tumit.
Jangan membawa botol minum yang terlalu berat. Saat ini toko perlengkapan outdoor sudah banyak yang menjual kantong air berikut selang minum yang biasa disebut hydration system. Tinggal selipkan kantong ke dalam ransel, lalu isi air dan diminum melalui selang. Lebih praktis karena bersifat handsfree alias tidak perlu pakai tangan! Kapasitas kantong bervariasi, 2 - 3 liter. Jika sudah kosong, sistem hidrasi model ini juga dapat dilipat.
Makanan bergizi, enak dan mudah diolah tidak harus berat. Untuk pendakian 1 - 2 hari, siapkan nasi bungkus untuk sarapan dan makan siang. Dengan demikian, tinggal makan malam dan sarapan hari berikutnya, serta snack.
Untuk jenis kompor, jatuhkan pilihan pada kompor lapangan atau biasa disebut “kompor ABRI” yang menggunakan tablet parafin. Alternatif lain, memakai kompor kecil dengan bahan bakar spiritus. Jenis kedua ini bisa dicari di toko perlengkapan outdoor. Spiritus lebih praktis karena mudah dibeli di toko-toko bahan bangunan atau kimia. Ada juga kompor kecil yang telah dilengkapi panci kecil berikut tutupnya yang berdayaguna sebagai wadah penggoreng makanan.
Sebetulnya ada tipe kompor gunung lain dengan bahan bakar gas, namun kurang praktis untuk seorang LH. Meski ukurannya kecil, tabung gas tersebut tetap lebih berat ketimbang parafin dan spiritus. jika sudah kosong, kita juga tetap harus membawa turun kembali tabung gas supaya tidak memcemari lingkungan.
Perlengkapan lain yang perlu dibawa adalah korek api atau korek api gas, kompas ukuran kecil, peluit, headlamp tipe LED, batu baterai, obat-obatan, pulpen dan kertas, serta pisau lipat ukuran kecil. Tak ada salahnya juga menggunakan tongkat hiking untuk meringankan beban di lutut. Semua dicari yang serba ringan dan praktis sehingga tidak menambah berat ransel.
Selamat mendaki,
semoga perjalanan anda kali ini
jadi lebih menyenangkan
-M'J-
sumber : intisari (M.A Surahman)
sumber : intisari (M.A Surahman)
kok ketoke penak ngunu we... dadi pengen kie
pengen???
pengen penak??
monggo..